Sesungguhnya seorang yang ingin menempuh jalan Thalabul Ilmi/ Mencari dan Mempelajari Ilmu dan ingin menuaikan hasilnya maka harus ada 10 prinsip, yaitu :
Pertama : Meminta tolong kepada Allah SWT sebagaimana dalam Firman Allah :"dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya kalian bertawakkal, jika kalian memang kaum mukminim. Dan Rasul bersabda:"sebesar-besarnya rizki adalah ilmu.
Kedua : Niat yang baik, seseorang niatnya harus karena Allah SWT, maka Allah akan memberikan taufiq padanya serta memberikan pahala atas amalannya tersebut karena menuntut ilmu adalah ibadah bahkan termasuk ibadah yang terbesar, ikhlas karena Allah & mengikuti sunnah Rasulullah.
Ketiga : Merendah Kepada Allah SWT dan Memohon Taufiq dan KetepatanNya. Seorang hamba itu fakir dan sangat butuh padaNya. Allah SWT berfirman :" berdoalah kalian kepada Ku niscaya Aku kabulkan untuk kalian (ghafir: 60). Nabi pernah mendoakan sahabatnya Abu Hurairah ra. agar diberi kekuatan hafalan.
Keempat : Kebaikan hati. Hati merupakan wadah bagi ilmu, apabila wadah tersebut bagus maka bisa melindungi dan menjaga sesuatu yang ada didalamnya, namun apabila wadahnya rusak maka sesuatu yang ada didalamnya bisa hilang, kebaikan hati akan muncul dengan ma'rifatullah (mengenal Allah) dengan nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya serta merenungkan makhluk-makhluk dan Ayat-ayatNya, juga dengan banyak sujud dan shalat malam dan hindari penyakit hati yaitu : syahwat dan syubhat. Syahwat seperti cinta dunia serta menyibukkan diri dengannya senang pada gambar-gambar yang haram, suka mendengarkan yang haram seperti musik dan lagu serta melihat sesuatu yang haram. Syubhat seperti keyakinan-keyakinan yang rusak, amalan-amalan bid'ah, menisbahkan diri pada berbagai paham pemikiran bid'ah yang menyimpan dan menyelisihi manhaj salaf. Termasuk penyakit hati yang bisa menghalangi dari ilmu adalah hasad, khianat dan sombong dan termasuk perusak hati adalah kebanyakan tidur, banyak bicara dan banyak makan.
Kelima : Kecerdasan, itu ada 2 yaitu : alami dan muktasab (bisa diupayakan). Apabila seseorang memang cerdas maka dia harus semakin menguatkannya, kalau tidak maka dia harus menempa diri agar bisa meraih kecerdasan tersebut. Kecerdasan merupakan sebab kuat yang menunjang dalam pengumpulan ilmu, memahami dan menghafalnya serta membedakan berbagai masalah, memadukan dalil-dalil dan sebaginya.
Keenam. Antusias mengumpulkan ilmu merupakan sebab untuk bisa memperolehnya dan mendapatkan pertolongan Allah SWT terhadapnya. Firman Allah SWT : " Sesunguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang yang berbuat Ikhsan (An Nahl: 128). Maka Wajib baginya : antusias yang kuat menghafal & memahami ilmu, duduk bersama para talaqqi ilmi langsung dari mereka, semangat untuk banyak membaca, menyibukan umur dan waktunya untuk ilmu dan sangat perhitungan terdahap waktunya.
Ketujuh : Keseriusan, Kesungguhan dan Kontinuitas. Dalam mencari dan meraih ilmu, menjauh dari kemalasan dan kelemahan, mujahatun nafs (memerangi setan sendiri) dan memerangi syaitan. Jiwa dan syaitan merupakan 2 penghalang amalan menuntut ilmu. Sebab - sebab yang membantu membangkitkan kesungguhan dalam thalabul ilmi adalah membaca biografi para ulama, tentang kesabaran, kekokohan menaggung beban/ resiko dan perjalanan mereka dalam meraih ilmu dan hadist.
Kedelapan : Konsentrasi, seorang penuntut ilmu mencurahkan segala kesungguhannya hingga ia berhasil sampai pada tujuannya dalam Thalabul ilmi dan kokoh padanya, baik kekuatan hafalan, pemahaman dan pondasi yang kokoh.
Kesembilan : Terus berada disisi guru dan pengajar, hendaknya ia bermulazamah kepada ulama, talaqqi/ mengambil ilmu langsung dari mereka sehingga ilmunya tegak diatas kaidah - kaidah yang benar, lafaz qurani dan hadist yang benar sehingga tidak ada kesalahan maupun kekeliruan. Memahami ilmu dengan pemahaman yang tepat sesuai dengan maksudnya dan hendaknya ia menghindar agar jangan sampai menjadi gurunya adalah kitab, karena sesungguhnya barang siapa yng gurunya adalah kitabnya maka ia akan banyak salahnya sedikit benarnya.
Kesepuluh: Menempuh waktu yang lama. Janganlah seorang penuntut ilmu mengira bahwa menuntut ilmu akan selesai sehari atauu 2 hari, setahun atau 2 tahun. Bahkan menuntut ilmu itu butuh kesabaran bertahun-tahun. Al Qadhiyadh ditanya, sampai kapan seorang itu menuntut ilmu? Beliau menjawab "sampai mati, sehingga tintanya menemaninya sampai kekuburnya" demikianlah para penuntut ilmu yang cerdas senantiasa bermulazamah selama 10 tahun atau 20 tahun, bahkan sebagian mereka terus bermulazamah hingga Allah mewafatkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar