BUDAYA POSITIF
A. Latar Belakang
Memajukan pendidikan di Indonesia dibutuhkan semangat dari guru dalam melakukan pembelajaran dan perubahan-perubahan menuju merdeka belajar. Guru juga merupakan peran kunci dalam membangun motivasi intrinsik dalam diri murid melalui menuntun segala kodrat yang ada agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara, Peran Pendidik diibaratkan seorang petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuannya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda. Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan bakat/minat, ide, berfikir kreatif, inovatif dan produktif. Kebebasan yang diberikan bukan berarti kebebasan mutlak, tetapi perlu adanya tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Menanamkan budaya positif disekolah yaitu dengan cara menerapkan restitusi terhadap murid yang melakukan pelanggaran. Dengan restitusi, murid dapat menyadari kesalahannya dan mencari solusi dari kesalahannya secara mandiri sehingga murid dapat Kembali kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat.
Kegiatan aksi nyata diawali dengan membuat keyakinan kelas bersama peserta didik kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) yang saya ampu. Kegiatan ini diikuti oleh murid dengan sangat antusias dalam menuliskan dan menyakini nilai-nilai kebajikan untuk menciptakan disiplin positif terutama di kelas XI APHP. Kegiatan selanjutnya yaitu Diseminasi Budaya Positif di lingkungan sekolah yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 7 Januari 2023 di kampus SMK-PP Negeri Bireuen- Aceh.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh kepala sekolah dan rekan guru SMK-PP Negeri Bireuen. Kegiatan diseminasi budaya positif ini yaitu menginformasikan pemahaman tentang materi modul 1.4 Budaya Positif yang konsep utamanya tentang perubahan paradigma belajar, disiplin positif, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Peserta diseminasi sangat antusias dalam menyimak pemaparan materi yang disampaikan.
Kegiatan aksi nyata selanjutnya, yaitu saya akan mengajak warga sekolah khususnya wali kelas agar dapat menerapkan dalam membuat kesepakatan atau keyakinan kelas di kelasnya masing-masing. Selain itu juga mengajak untuk mempraktikan posisi kontrol guru sebagai manajer dan menerapkan segitiga restitusi jika ada muridnya yang menemui masalah demi mewujudkan budaya positif di lingkungan sekolah.
C. Tujuan
Tujuan aksi nyata ini diantaranya yaitu :
1. Menumbuhkan budaya positif dalam diri setiap warga sekolah
2. Menciptakan murid yang merdeka belajar dan mewujudkan profil pelajar pancasila
3. Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid
4. Mengajarkan murid mencari solusi dari suatu permasalahan
D. Tolak Ukur
Tolak ukur dari aksi nyata ini adalah anak memiliki karakter yang lebih baik, percaya diri yang tinggi, bertanggungjawab, merasa nyaman dilingkungan sekolah. Begitu juga guru tentunya menginginkan diterapkannya budaya positif yang dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif, membangun hubungan yang harmonis diantaranya warga kelas untuk menunjang terbentukknya karakter yang baik pada setiap peserta didik
E. Linimasa Tindakan
Aksi nyata budaya positif ini direncanakan dalam beberapa tahapan yaitu :
1. Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan unsur pimpinan tentang pentingnya penanaman budaya positif di sekolah serta meminta izin untuk melakukan diseminasi pada rekan sejawat.
2. Membuat keyakinan kelas bersama semua warga kelas XI APHP
3. Melakukan kegiatan diseminasi pada teman sejawat.
4. Membuat keyakinan kelas bersama semua teman sejawat.
F. Hasil dari Aksi Nyata yang Dilakukan
Hasil dari rangkaian kegiatan desiminasi aksi nyata di lingkungan sekolah yang telah saya lakukan yaitu menumbuhkan pemahaman kepada rekan sejawat khususnya pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah mengenai penerapan budaya positif dilingkungan sekolah. Kegiatan dimulai dengan disiplin positif melalui diri sendiri terlebih dahulu, selanjutkan di lingkungan kelas dengan membuat keyakinan kelas yang disepakati bersama-sama. Selain itu juga mulai diterapkan disiplin positif dengan restitusi di lingkungan sekolah.
Hasil dari aksi nyata ini berhasil dalam menciptakan perubahan meskipun belum maksimal dan harus dilakukan secara kontinyu serta berkesinambungan dalam penerapannya. Murid telah menunjukkan disiplin positif sesuai dengan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama. Kendala yang dihadapi yaitu perlu diingatkan kembali nilai-nilai kebajikan yang telah diyakini oleh murid karena masih mudah terpengaruh oleh teman dan lingkungan sekitarnya.
Kegiatan aksi nyata modul 1.4 budaya positif ini, banyak pembelajaran yang saya dapatkan sebagai Calon Guru Penggerak yaitu nilai kebersamaan, keinginan kuat untuk berubah. Karena kegiatan tersebut tidak akan berjalan dan berhasil dilaksanakan dengan sendiri tanpa adanya dukungan dan kolaborasi dari masyarakat sekolah.